all about dhon don

Minggu, 09 Januari 2011

Kenakalan Supir Taksi

Taksi dijakarta memang sangat banyak sekali, bahkan sampai tidak bisa menghafal nama – nama taksi yang selalu mondar – mandir dijalanan. Dulu memang taksi di Jakarta tidak sebanyak ini, tetapi sekarang sudah semakin banyak perusahaan yang membuat nama taksi sendiri untuk usaha taksinya. taksi pun sudah banyak bermacam nama & warna. Tetapi apakah taksi – taksi tersebut bisa dipercaya?

Saya akan menceritakan pengalaman saya menaiki taksi dijakarta. Pernah waktu saya & teman – teman saya menunggu taksi di suatu mall dibilangan Jakarta pusat, kami berencana untuk mencari taksi yang sudah kami percayai. Karena saat itu teman saya sudah gerah dan ingin segera pulang kami pun terpaksa menberhentikan taksi yang melintas tepat didepan lobby mall tanpa melihat nama perusahaan taksi. Di dalam taksi keadaan sudah tidak nyaman karena supir taksi yang berpenampilan sedikit tidak ramah. Didalam kami bersenda gurau dan ngomong seenaknya tanpa memperdulikan supir taksi. Dari mall kekosan teman saya memang tidak jauh dan hanya degan tarif Rp.15.000. Setelah selesai membayar tarif taksi, tak lama teman saya yang duduk disebelah supir mengeluh soal kunci motor yang dikantonginya dan ternyata dia segera berlari kencang mengejar supir taksi tadi dan reflek menaiki bajaj untuk mengejarnya. Saya dan teman saya yang lain mengikutinya dengan berlari seadanya lumayan jauh dan tidak bisa menyeimbangi supir bajaj. Kami berhenti dan berbincang, ternyata saya yang dari tadi memang tidak semangat berlari mengira kalau yang tertinggal di taksi tadi adalah kunci motor dan ternyata teman saya menyadarkan saya bahwa yang tertinggal ditaksi adalah handphone milik teman saya. Disitu saya yang juga panik reflek menghubungi nomor teman saya dan handphone sudah tidak aktif lagi. Disaat kepanikan yang memuncak teman saya yang handphone nya tertinggal datang dan bersedih karena harus terima kenyataan bahwa handphone nya telah raib dibawa kabur supir taksi dan ternyata dia salah mengejar taksi, dia mengejar taksi dengan taksi nama perusahaan lain karena warna taksi yang sama. Kami pun disitu tidak bisa mencari informasi tentang supir taksi karena tanda pengenal supir tidak kami perhatikan dan tidak kami ketahui nama perusahaan taksi.

Pengalaman saya tentang taksi diatas merupakan pengalaman mengenai perusahaan taksi yang tidak terkenal. Dan diparagraf ini saya akan menceritakan pengalaman saya menaiki taksi dengan perusahaan taksi yang cukup terkenal dan termasuk daftar deretan taksi yang saya percayai. Tepat tanggal 31 Desember 2010 kemarin saya dan teman – teman saya akan merayakan tahun baru 2011 di sebuah mall dibilangan Jakarta selatan. Kami berangkat pukul 11 malam dari keramat sentiong Jakarta pusat. Kami berdelapan dan tidak mungkin menaiki satu taksi. Dan kami terbagi dua, 1 taksi berisikan 4 orang. Satu taksi dari nama perusahaan yang saya percayai lewat dan menaikinya dan saya berpisah dengan teman saya yang 4 lagi. Saya duduk disebelah supir taksi dan segera member itahukan tujun kita, setengah jalan ternyata sepi dan seperti keadaan malam disuatu daerah, tak berapa lama sudah terjadi kemacetan disekitar daerah mall. Saya mulai panik, karena didaerah menuju mall macet dan untungnya supir taksi memutar balik kesuatu jalan kecil, ya saya berfikir supir taksi tidak nakal disini. Perjalanan seperti semakin aneh, karena kami melewati jalan perumahan – perumahan yang asing bagi kami. Akhirnya saya lega setelah keluar dari gapura perumahan tersebut dan ternyata setelah keluar, macet pun masih menghantui kami. Disini saya dan teman – teman saya kembali panik. Handphone teman saya yang ada dibelakang berdering, ternyata dari teman saya yang ada ditaksi yang lain dan mereka sudah sampai di mall itu. Otomatis saya dan teman – teman saya bertanya – Tanya, kita yang berangkat lebih dulu tapi mereka yang sampai duluan. Aneh bukan? Ya teman saya yang dari tadi kesal karena macet nyablak “ habis diputer – puterin sih” celotehnya. Supir taksi terdiam tak bisa bersuara. Saya yang sudah merasa dipermainkan supir taksi mengajak teman – teman saya keluar dan teman saya menolaknya dengan alas an tidak mau jalan. Karena macet saya sedikit ragu dengan daerah kami sekarang, tetapi saya yakin kalau jalan ini tidak jauh lagi dari mall tersebut. Dan setelah saya meyakinkan teman saya, kami sepakat untuk turun dan saya segera keluar dan membanting pintu taksi itu. Saya berjalan cepat dan sangat kesal. Kami berjalan sekitar 100 meter dan sampai di mall itu. Saya yakin bila tetap berada ditaksi sampai dimall akan memakan waktu 30 menit karena jalanan begitu macet dan hanya bisa menjalankan mobil 1meter sekali.

Supir taksi dimanapun dan apapun nama perusahaan mereka, pasti masih ada yang bersifat buruk. Semua tergantung dari pribadi manusia itu sendiri, dari pengalaman saya tadi kita harus berhati – hati menaiki taksi di ibu kota Jakarta. Semua karena uang siapa saja bisa melakukan kecurangan maupun kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 09 Januari 2011

Kenakalan Supir Taksi

Taksi dijakarta memang sangat banyak sekali, bahkan sampai tidak bisa menghafal nama – nama taksi yang selalu mondar – mandir dijalanan. Dulu memang taksi di Jakarta tidak sebanyak ini, tetapi sekarang sudah semakin banyak perusahaan yang membuat nama taksi sendiri untuk usaha taksinya. taksi pun sudah banyak bermacam nama & warna. Tetapi apakah taksi – taksi tersebut bisa dipercaya?

Saya akan menceritakan pengalaman saya menaiki taksi dijakarta. Pernah waktu saya & teman – teman saya menunggu taksi di suatu mall dibilangan Jakarta pusat, kami berencana untuk mencari taksi yang sudah kami percayai. Karena saat itu teman saya sudah gerah dan ingin segera pulang kami pun terpaksa menberhentikan taksi yang melintas tepat didepan lobby mall tanpa melihat nama perusahaan taksi. Di dalam taksi keadaan sudah tidak nyaman karena supir taksi yang berpenampilan sedikit tidak ramah. Didalam kami bersenda gurau dan ngomong seenaknya tanpa memperdulikan supir taksi. Dari mall kekosan teman saya memang tidak jauh dan hanya degan tarif Rp.15.000. Setelah selesai membayar tarif taksi, tak lama teman saya yang duduk disebelah supir mengeluh soal kunci motor yang dikantonginya dan ternyata dia segera berlari kencang mengejar supir taksi tadi dan reflek menaiki bajaj untuk mengejarnya. Saya dan teman saya yang lain mengikutinya dengan berlari seadanya lumayan jauh dan tidak bisa menyeimbangi supir bajaj. Kami berhenti dan berbincang, ternyata saya yang dari tadi memang tidak semangat berlari mengira kalau yang tertinggal di taksi tadi adalah kunci motor dan ternyata teman saya menyadarkan saya bahwa yang tertinggal ditaksi adalah handphone milik teman saya. Disitu saya yang juga panik reflek menghubungi nomor teman saya dan handphone sudah tidak aktif lagi. Disaat kepanikan yang memuncak teman saya yang handphone nya tertinggal datang dan bersedih karena harus terima kenyataan bahwa handphone nya telah raib dibawa kabur supir taksi dan ternyata dia salah mengejar taksi, dia mengejar taksi dengan taksi nama perusahaan lain karena warna taksi yang sama. Kami pun disitu tidak bisa mencari informasi tentang supir taksi karena tanda pengenal supir tidak kami perhatikan dan tidak kami ketahui nama perusahaan taksi.

Pengalaman saya tentang taksi diatas merupakan pengalaman mengenai perusahaan taksi yang tidak terkenal. Dan diparagraf ini saya akan menceritakan pengalaman saya menaiki taksi dengan perusahaan taksi yang cukup terkenal dan termasuk daftar deretan taksi yang saya percayai. Tepat tanggal 31 Desember 2010 kemarin saya dan teman – teman saya akan merayakan tahun baru 2011 di sebuah mall dibilangan Jakarta selatan. Kami berangkat pukul 11 malam dari keramat sentiong Jakarta pusat. Kami berdelapan dan tidak mungkin menaiki satu taksi. Dan kami terbagi dua, 1 taksi berisikan 4 orang. Satu taksi dari nama perusahaan yang saya percayai lewat dan menaikinya dan saya berpisah dengan teman saya yang 4 lagi. Saya duduk disebelah supir taksi dan segera member itahukan tujun kita, setengah jalan ternyata sepi dan seperti keadaan malam disuatu daerah, tak berapa lama sudah terjadi kemacetan disekitar daerah mall. Saya mulai panik, karena didaerah menuju mall macet dan untungnya supir taksi memutar balik kesuatu jalan kecil, ya saya berfikir supir taksi tidak nakal disini. Perjalanan seperti semakin aneh, karena kami melewati jalan perumahan – perumahan yang asing bagi kami. Akhirnya saya lega setelah keluar dari gapura perumahan tersebut dan ternyata setelah keluar, macet pun masih menghantui kami. Disini saya dan teman – teman saya kembali panik. Handphone teman saya yang ada dibelakang berdering, ternyata dari teman saya yang ada ditaksi yang lain dan mereka sudah sampai di mall itu. Otomatis saya dan teman – teman saya bertanya – Tanya, kita yang berangkat lebih dulu tapi mereka yang sampai duluan. Aneh bukan? Ya teman saya yang dari tadi kesal karena macet nyablak “ habis diputer – puterin sih” celotehnya. Supir taksi terdiam tak bisa bersuara. Saya yang sudah merasa dipermainkan supir taksi mengajak teman – teman saya keluar dan teman saya menolaknya dengan alas an tidak mau jalan. Karena macet saya sedikit ragu dengan daerah kami sekarang, tetapi saya yakin kalau jalan ini tidak jauh lagi dari mall tersebut. Dan setelah saya meyakinkan teman saya, kami sepakat untuk turun dan saya segera keluar dan membanting pintu taksi itu. Saya berjalan cepat dan sangat kesal. Kami berjalan sekitar 100 meter dan sampai di mall itu. Saya yakin bila tetap berada ditaksi sampai dimall akan memakan waktu 30 menit karena jalanan begitu macet dan hanya bisa menjalankan mobil 1meter sekali.

Supir taksi dimanapun dan apapun nama perusahaan mereka, pasti masih ada yang bersifat buruk. Semua tergantung dari pribadi manusia itu sendiri, dari pengalaman saya tadi kita harus berhati – hati menaiki taksi di ibu kota Jakarta. Semua karena uang siapa saja bisa melakukan kecurangan maupun kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar